Berbicaramengenai literasi, saat ini menjadi perbincangan yang sangat hangat. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju dan berkembang, mendorong terjadinya perubahan dalam konteks literasi itu sendiri. Literasi secara sederhana dapat diartikan sebagai melek huruf, kemampuan dan kecakapan baca tulis kini semakin didalami dan disosialisaikan kepada masyarakat. Kunjungi konten bermanfaat lainnya dari konten khusus kami tentang Kewarganegaraan Digital. Jelas bahwa kita hidup di dunia yang penuh dengan teknologi, tetapi tidak hanya tentang perangkat seluler, komputer, dan alat Kecerdasan Buatan, tetapi tentang sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam. Saat ini, seorang warga negara sudah menjadi warga negara digital, tetapi untuk sepenuhnya menggunakan hak ini, mereka harus melakukan Transformasi Digital mereka sendiri, sebuah proses lintas sektoral yang berlaku untuk semua aspek kehidupan mereka. Transformasi ini pada dasarnya bergantung pada perubahan budaya, mentalitas. Memahami teknologi dengan segala tantangan dan peluang yang dibawanya adalah sesuatu yang harus dituju oleh setiap orang untuk menjadi warga digital sejati. Konsep pertama untuk bergerak maju adalah memutuskan kepercayaan lama dan memahaminya tidak ada perbedaan antara dunia nyata dan dunia maya dunia digital sama nyatanya dengan dunia fisik dalam virtualitas kita bertemu orang, belajar dan bekerja, berbisnis atau bahkan menciptakan lapangan kerja, menghibur diri sendiri, vivimo. Dan, tentu saja, kami juga mengambil risiko. Dengan demikian, Penting untuk memahami hak-hak sebagai warga digital, dan yang lebih penting lagi adalah mengetahui kewajibannya. Memahami skenario itu, warga digital adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan peluang dunia digital atau maya, adalah yang mengetahui hak dan kewajibannya dalam menggunakan teknologi. Bukan orang yang memiliki akses ke Internet, orang yang membeli ponsel terbaru atau mainan termahal di pasaran, atau bahkan orang yang memiliki pengikut terbanyak di jejaring sosial. Daftar IsiCiri-ciri warga digitalBagaimana menjadi warga digital?Apa yang kita pahami dengan Kewarganegaraan Digital?Apa folder warga digital dan untuk apa itu? Ciri-ciri warga digital Warga digital adalah individu yang, di era informasi, berkembang secara aktif dan bertanggung jawab di dunia maya. Warga negara jenis ini memiliki keterampilan teknologi dan kapasitas yang luas untuk mengelola berbagai lingkungan digital, mampu mengakses informasi, berkomunikasi dengan orang lain, belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas melalui berbagai platform dan perangkat. Anda sudah menjadi pengguna Internet dan platform dan teknologi digital. Tapi apakah Anda sudah menjadi warga digital? Foto Andrea Piacquadio melalui Pexels Selain itu, warga digital menyadari pentingnya melindungi informasi pribadi Anda, serta menghormati privasi dan hak cipta orang lain. Saat ini, lebih dari 35 juta orang Kolombia, dan lebih dari juta orang, adalah pengguna Internet dan platform digital. Apakah mereka semua warga digital? Dapat dikatakan bahwa warga digital adalah orang yang tidak hanya terhubung dan menggunakan platform, tetapi juga orang yang benar-benar memanfaatkannya dan memanfaatkannya. benar-benar dapat menikmati manfaat menjadi. Berikut adalah daftar 10 ciri warga digital Terapkan teknologi secara efisien untuk mengoptimalkan tugas sehari-hari, menghemat waktu dan sumber daya ekonomi. Terus-menerus mencari peluang untuk pertumbuhan pribadi dan profesional di Internet, memanfaatkan berbagai kursus, lokakarya, dan komunitas online. Kuasai keterampilan dasar dalam penggunaan komputer, penelusuran Internet, dan alat online, memfasilitasi adaptasi mereka ke berbagai platform dan perangkat. Gunakan teknologi untuk mengembangkan solusi inovatif yang memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat di tingkat lokal dan nasional. Praktikkan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan etis, melindungi informasi pribadi Anda dan menghormati privasi dan hak cipta orang lain. mendorong kolaborasi dan kerja tim melalui penggunaan alat online, berkontribusi pada pengembangan proyek bersama dan pertukaran pengetahuan. Latihan berpikir kritis ketika berhadapan dengan informasi online, membedakan antara sumber yang benar dan berita palsu, dan menghindari penyebaran informasi yang salah. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan komunitas virtual, mempromosikan pertukaran ide dan pengalaman, dan membangun hubungan berdasarkan rasa hormat dan empati. Manfaatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan Negara dan pemerintah, sedemikian rupa tidak hanya mengerjakan dokumen secara online, tetapi juga berpartisipasi dalam prakarsa masyarakat, memberikan umpan balik kepada entitas dan mengusulkan perbaikan dalam layanan mereka. Berlatih penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan sadar, dengan mempertimbangkan konsumsi energi dan dampak lingkungan dalam pemilihan perangkat dan layanan online. Bagaimana menjadi warga digital? Perubahan budaya ini telah menghantam orang-orang di seluruh dunia secara langsung. Itu datang begitu cepat bagi beberapa orang sehingga mereka harus beradaptasi dan bereksperimen saat mereka pergi. Yang lain menyingkir dan melewatkan peluang, atau bahkan mereka diturunkan oleh orang-orang yang telah melakukan Transformasi Digital, atau bahkan oleh teknologi itu sendiri Dan ini bukan hal baru sekarang, dengan ledakan Kecerdasan Buatan di lain waktu, misalnya, mesin menggusur banyak pekerja di pabrik. Jadi langkah pertama, seperti yang kami katakan, adalah memahami bahwa dunia virtual sama nyatanya dengan dunia fisik, dan kita harus menganggapnya penting, untuk melakukan proses Transformasi Digital pribadi dan profesional yang sedang kita bicarakan. Langkah kedua adalah memanfaatkan banyak peluang pelatihan, dalam banyak kasus gratis, yang disediakan oleh pemerintah, yayasan, perusahaan teknologi, dan organisasi lainnya. Di Kolombia, misalnya, Kementerian TIK terus berkembang Program Kewarganegaraan Digital yang meliputi kursus tatap muka dan virtual. Hal yang sama dilakukan oleh walikota, gubernur, dan entitas lokal dan teritorial lainnya. Program luar biasa lainnya, yang antara tahun 2021 dan 2023 telah melatih lebih dari warga Kolombia dan telah mensertifikasi di antaranya di 30 departemen negara, es saya digital, program pelatihan global dalam Digital Citizenship of Meta sebelumnya Facebook, di mana Impacto TIC adalah sekutu. Tentang program ini, Mauricio Jaramillo Marín, salah satu pendiri Impacto TIC, perhatikan bahwa “Internet dan teknologi telah mengubah dunia, dan orang Kolombia saat ini menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi Masih sedikit yang benar-benar memanfaatkan dunia digital ini dan memanfaatkannya di luar hiburan dan komunikasi dasar. Untuk itu, kami melatih pemikiran kritis dan keterampilan digital, sedemikian rupa sehingga dunia digital benar-benar mempromosikan kesejahteraan manusia dan komunitasnya”. Soy Digital terus-menerus menawarkan sesi virtual modulnya tentang konsep dasar Kewarganegaraan Digital, pemikiran kritis dan berita palsu, bisnis digital, dan pembuatan konten. Musim Soy Digital berikutnya akan dimulai pada paruh kedua tahun 2023, dan pendaftaran untuk sesi ini dimungkinkan lakukan di tautan ini. Apa yang kita pahami dengan Kewarganegaraan Digital? Kita telah berbicara tentang apa itu warga digital, tetapi bagaimana kita dapat mendefinisikan konsep Kewarganegaraan Digital? Ini mengacu pada seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dan diterapkan individu saat beroperasi di dunia digital. Konsep ini mencakup tanggung jawab dan komitmen pengguna saat menggunakan teknologi dan informasi secara etis dan aman. Kewargaan Digital berfokus pada interaksi antara orang-orang, hak dan kewajiban mereka di dunia maya, dan kontribusi terhadap pembangunan dan kesejahteraan kolektif. Untuk mempromosikan Kewargaan Digital, penting untuk mempromosikan inisiatif yang melatih orang dalam penggunaan TIK yang tepat dan bertanggung jawab – yang dilakukan oleh Kementerian TIK dengan program-programnya, atau Impacto TIC dan Meta dengan program mereka Soy Digital, tetapi utamanya itu harus menjadi sesuatu yang harus dilakukan setiap orang sebagai proyek pribadi. Pelatihan ini – atau pelatihan mandiri – harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti privasi, keamanan, kekayaan intelektual, dan membangun hubungan online yang sehat. Selain itu, penting mendorong pemikiran kritis dan mengajari pengguna untuk membedakan antara informasi yang benar dan berita palsu, dan untuk mengembangkan keterampilan yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan perubahan konstan dalam lingkungan digital. Kewarganegaraan Digital juga menyiratkan promosi penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan adil, menjamin bahwa semua anggota masyarakat memiliki akses ke peluang dan sumber daya yang ditawarkan oleh lingkungan digital. Ini termasuk menjembatani kesenjangan digital, mempromosikan inklusi dan keragaman, serta menciptakan ruang di mana orang dapat berpartisipasi aktif, belajar, dan berkolaborasi dalam membangun dunia digital yang lebih adil dan adil. Apa folder warga digital dan untuk apa itu? Folder warga adalah layanan digital yang ditawarkan beberapa pemerintah dan administrasi publik kepada warga negara sehingga mereka dapat menjalankan prosedur dan prosedur secara virtual, dan mengakses informasi dan dokumen pribadi terkait hubungannya dengan Negara. Secara umum, folder warga memungkinkan warga untuk melakukan prosedur seperti meminta sertifikat, menyajikan dokumen, memantau status file mereka dan menerima pemberitahuan dan komunikasi dari entitas. Selain itu, warga dapat berkonsultasi dan mengunduh dokumen seperti faktur, kuitansi, risalah, resolusi, dan dokumen resmi lainnya. Tujuan folder warga adalah untuk menyederhanakan dan merampingkan hubungan warga dengan administrasi, menghindari perjalanan dan menunggu yang tidak perlu. Selain itu, ini memungkinkan warga untuk memiliki kendali lebih besar atas informasi pribadi mereka dan prosedur mereka dengan administrasi. Kolombia dan Spanyol adalah 2 negara yang paling maju dalam program folder warga digital. Di Spanyol, pada tahun 2022 Sekretariat Jenderal Administrasi Digital menghadirkan 'versi definitif' dari aplikasi 'My Citizen Folder', dan pada akhir tahun sudah memiliki lebih dari pengguna terdaftar. Badan Digital Nasional, di Kolombia, bertanggung jawab untuk menyediakan layanan dari Folder Warga Digital, sebuah inisiatif yang muncul selama pemerintahan Presiden Iván Duque, sekitar tahun 2019, dan menyoroti bahwa bagi warga yang mendaftar, manfaat utamanya adalah menghemat waktu dan uang, verifikasi cepat status prosedur, dan keamanan yang lebih baik dalam prosedur ini. Disampingsebagai kepala negara, Fir'aun juga di puja sebagai dewa ang berkuasa. Sehingga semua masyarakat mesir kuno patuh dan tunduk terhadap segala perintahnya. para pendeta menguatkan perintah-perintah raja sebagai perintah dewa dan para hakim menjaga dan memelihara agar semua perintah raja berjalan lancar.
– Kita mungkin sudah akrab dengan istilah digital. Istilah yang mengarah pada penggunaan teknologi informasi di era globalisasi sekarang ini. Lalu bagaimana dengan kewarganegaraan digital’?Kewarganegaraan digital dapat didefinisikan sebagai norma-norma yang sesuai, serta perilaku yang bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi. Hal ini mengacu pada warga negara yang dapat menggunakan internet secara teratur dan efektif. Dalam kualifikasi sebagai warga digital, seseorang biasanya harus memiliki keterampilan yang luas, pengetahuan, dan akses menggunakan internet melalui komputer, ponsel, ataupun perangkat teknologi informasi lainnya untuk berinteraksi dengan publik. Penggunanya pun beragam mulai dari anak-anak hingga orang yang berusia lanjut asalkan mereka sudah tahu bagaimana caranya menggunakan negara yang sangat maju, mereka memiliki kemampuan untuk menghubungkan warga negara dengan unsur pemerintah masing-masing melalui situs digital. Situs tersebut berfungsi untuk memberi informasi mengenai undang-undang yang berlaku saat ini, menginformasikan mengenai tujuan kebijakan saat ini dan masa depan, serta memungkinkan warga untuk menyalurkan aspirasi mereka sendiri dalam bidang politik. Ada pula situs pemerintahan yang dibuat untuk prosedur dasar seperti laporan pajak dan pencatatan sipil kelahiran, perkawinan, kematian. Bisa dikatakan bahwa konsep kewarganegaraan digital’ akan membantu setiap warga negara tentang bagaimana menggunakan teknologi informasi dengan benar mengingat saat ini banyak pihak yang menyalahgunakan penggunaan teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi yang baik dan benar ini mengandung beberapa makna, antara lain menggunakan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan etika kesopanan dalam berkomunikasitidak menyinggung pihak lain dalam sebuah update-an status yang bertujuan untuk menjatuhkan suatu pihak tertentu atau membuat status yang mengarah pada provokasitidak membagikan informasi yang bersifat privasi kepada publiktidak mengakses website yang tidak pantas atau berisi konten yang negatifKomponen Kewarganegaraan DigitalKewarganegaraan digital memiliki 9 komponen utama, yaitu 1. Akses DigitalAkses digital merupakan salah satu komponen yang paling mendasar untuk menjadi warga digital. Namun karena beberapa faktor, seperti status sosial ekonomi, domisili, cacat tubuh, atau lainnya, beberapa individu mungkin tidak memiliki akses digital. Akses digital yang termudah sering didapatkan di sekolah yang menawarkan komputer dengan internetnya untuk mempermudah siswa dalam mengakses informasi, sekaligus meminimalisir kesenjangan digital akibat beberapa faktor Perdagangan Digital Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perdagangan saat ini sebagian besar dilakukan secara online. Tentu saja sebagai warga digital, kita diharapkan bertindak bijak dan hati-hati, misalnya saja dalam hal penggunaan kartu kredit secara online. Kegiatan perdagangan digital telah membuat segalanya jadi lebih mudah, namun ada pula dampak negatifnya. Download ilegal, perjudian, transaksi narkoba, pornografi, dan lainnya rentan terjadi pula melalui kegiatan perdagangan Komunikasi DigitalKomunikasi digital dilakukan secara tertulis melalui jejaring sosial maupun email. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik dan sesuai dengan Literatur DigitalHal ini memberi pemahaman tentang bagaimana menggunakan berbagai perangkat digital. Misalnya, bagaimana cara mencari informasi di mesin pencari dengan benar atau bagaimana cara menggunakan berbagai log online. Biasanya banyak lembaga pendidikan akan membantu tiap individu untuk memahami hal Etika DigitalSebagaimana dibahas dalam komponen ke-3, etika digital adalah suatu harapan agar berbagai media teknologi informasi di internet mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan etika. Tak jarang beberapa media tertentu menuntut perilaku dan penggunaan bahasa yang lebih tepat dan Hukum DigitalTak bisa dipungkiri bahwa kegiatan perdagangan digital telah menghadirkan fenomena pembajakan, download ilegal, penyalahgunaan kartu kredit, pencurian identitas, penyebaran virus, mengirim spam, cyber bully, atau tindakan negatif lainnya. Oleh karena itu diaturlah hukum digital untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal tersebut meski tidak bisa sepenuhnya dihilangkan 100%.7. Hak dan Kewajiban DigitalHak dan kewajiban digital merupakan seperangkat hak warga negara digital seperti memiliki privasi, berkomunikasi dengan penuh etika, dan Kesehatan DigitalSeorang warga digital harus menyadari akibat stres fisik seperti ketegangan mata, sakit kepala, dan lainnya yang mungkin terjadi akibat penggunaan internet yang berlebihan. Mereka harus sadar untuk tidak tergantung bahkan kecanduan pada internet karena hal itu bisa mengganggu kesehatan Keamanan DigitalHal ini berarti bahwa seorang warga digital harus mengambil langkah-langkah protektif dengan berlatih menggunakan password yang sulit, perlindungan virus, back-up data, dan lain sebagainya.
Berikutini rangkuman tentang macam-macam bentuk kerja sama ekonomi internasional dan contoh lembaganya, seperti dilansir dari laman repository.kemdikbud.go.id, Selasa (28/9/2021). Berita motion grafis Antoine Griezmann dan 4 bintang sepak bola yang belum raih gelar liga, pemain Arsenal di antaranya. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perkembangan era teknologi digital yang masif telah memacu Pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi di seluruh aspek tata kelola pemerintah. Pengembangan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik SPBE atau e-Government kini menjadi program prioritas pemerintah, tidak hanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, namun juga untuk mengakselerasi sistem manajemen Aparatur Sipil Negara ASN di Indonesia. Tentunya dengan e-Government, Ia mengharapkan seluruh sistem layanan pemerintah menjadi cepat, simple, dan singkat, sehingga bermanfaat dalam melayani masyarakat dan memberikan layanan terbaik untuk kesejahteraan bersama. Perkembangan penerapan e-Government dapat mendukung dan meningkatkan kinerja pemerintah dalam pelayanan publik. Saat ini, e-Government telah dikembangkan di berbagai negara baik negara maju maupun negara berkembang. Perkembangan teknologi di Indonesia saat ini merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindarkan karena kebutuhan informasi yang sangat cepat, tepat dan akurat menjadi suatu kebutuhan utama disegala aspek. Salah satu teknologi yang paling berkembang adalah teknologi yang berbasis web yang sering disebut dengan internet. Teknologi ini sudah digunakan diberbagai bidang baik bisnis, pemerintahan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Peningkatan public yang dimaksud meliputi beberapa hal berikut ini. Pertama, jaringan informasi dan transaksi layanan public yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja. Kedua, semakin terjangkaunya biaya transaksi layanan public salah satunya melalui program paperless. Ketiga, hubungan pemerintah dengan dunia usaha menjadi lebih interaktif dan bisa selalu update. Keempat, kemudahan berkomunikasi antar lembaga pemerintah yang saling terkait untuk peningkatan fasilitas public. Terakhir, menjamin transparansi dan efisiensi kinerja pemerintah. E-government intinya proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam pengertian e-goverment di atas ; yang pertama adalah penggunaan teknologi informasi salah satunya adalah internet sebagai alat bantu, dan, yang kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efisien. e-goverment bukan berarti mengganti cara pemerintah dalam berhubungan dengan masyarakat. Dalam konsep e-goverment, masyarakat masih bisa berhubungan dengan pos-pos pelayanan, berbicara melalui telepon untuk mendapatkan pelayanan pemerintah, atau mengirim surat. Jadi, e-goverment sesuai dengan fungsinya, adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Kesimpulannya e-goverment adalah upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang ber-basis menggunakan elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Untuk di Indonesia sendiri dalam penerapan E-govermenet Proses perubahan dari model konvensional menjadi e-government tentu memiliki tantangan tersendiri apalagi untuk memulai. Seringkali pemerintah bingung harus memulai dari mana karena minimnya SDM dan SDA. Namun langkah awal harus segera ditempuh, misalnya dimulai dari penayangan potensi wisata daerah, informasi umum terkait pemerintahan foto dan nama gubernur, alamat kantor dinas, dan lain-lain, dan informasi perniagaan misalnya harga cabai hari ini. Selain itu, informasi pendidikan juga tidak kalah penting untuk disampaikan seperti jam belajar, profil sekolah di kabupaten tertentu, dan informasi pendidikan indonesia sendiri penerapan e-goverment dalam berbagai bentuk seperti dalam 1. Pengadaan barang dan jasa2. Perpajakan 3. Perizinan Dapat diterangkan bahwa kerangka arsitektur e-government terdiri dari empat lapis struktur, yakniAkses. Jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan media komunikasi lainnya yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs pelayanan Pelayanan Publik. Situs web Pemerintah pada internet penyedia layanan publik tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan informasi dan dokumen elektronik di sejumlah instansi yang Pengelolaan dan Pengolahan Informasi. Organisasi pendukung back office yang mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi dan dokumen dan Aplikasi Dasar. Semua prasarana, baik berbentuk perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan penyaluran informasi antar back office, antar portal pelayanan publik dengan back office, maupun antar portal pelayanan publik dengan jaringan internet secara handal, aman, dan juga dalam penyusunan Pemerintahan indonesia dalam e-government ada 6 strategi yang di sistem pelayanan yang andal, terpercaya, serta terjangkau masyarakat luas. Hal tersebut salah satunya dicapai dengan pemerataan jaringan komunikasi baik wilayah maupun kualitasnya serta pembentukan portal informasi sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah otonom secara holistik. Maksudnya adalah persiapan SDM dalam pemerintahan agar beradaptasi dengan sistem yang sudah memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal. Selain daripada penyajian informasi yang lengkap, keamanan transaksi layanan public juga menjadi hal utama dalam pemanfaatan teknologi informasi dan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Peran dunia usaha cenderung kepada partisipasi dalam pemanfaatan e-government sehingga pelayanan public tidak sepenuhnya dilayani kapasitas sumber daya manusiabaik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan peningkatan e-literacy pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistic dan terukur yaitu melalui tahapan persiapan, pematangan, pemantapan, dan pemanfaatan. Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya TH.I.N.K m erupakan tata karma untuk menjadi kewargaan digital yang baik dan benar, kita telah menyadari pentingnya kewargaan digital. Tata Krama komunikasi Sinkron juga berkesambungan dengan menggunakan konsep "T.H.I.N.K". Sebelum kita berkomunikasi di dunia digital , baik itu e-mail,post facebook,twitter,blog,forum ,dll.
Pengertian kewargaan digital adalah norma perilaku yang tepat dan bertanggung jawab atas penggunaan teknologi dengan baik dan benar. Untuk penjelasan lebih lengkap tentang apa itu kewargaan digital silakan simak tulisan ini baik-baik ya. Dunia maya sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern. Hampir tidak ada satu pun sisi kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peran dunia maya. Mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai persoalan kulineran. Dalam hal berkomunikasi, dunia maya tidak jauh berbeda dengan dunia nyata. Komunikasi antar individu, maupun beberapa individu sekaligus dapat terjadi baik di dunia maya maupun dunia nyata. Tidak heran, berbagai karakteristik, pribadi, ide, maupun tujuan yang berbeda dapat tertuang di dunia maya. Namun, sifat dunia maya yang tidak mempertemukan individu-individu tersebut secara langsung dapat mendorong menipisnya, bahkan hilangnya norma-norma sopan santun, tanggung jawab, dan etiket dalam berkomunikasi. Apakah Anda menggunakan Internet untuk berbagi pakai share informasi tentang diri Anda dan rekan lain, berkomunikasi dengan kawan-kawan, mengomentari yang Anda lihat secara daring, bermain gim, mengunduh bahan untuk mengerjakan tugas, atau membeli barang secara daring? Apa itu Warga Digital ? Kita semua saat ini adalah bagian dari warga digital. Apa itu warga digital ? Warga digital adalah orang yang sadar apa yang baik apa yang salah, menunjukkan kecerdasan perilaku teknologi, dan membuat pilihan yang tepat ketika menggunakan teknologi. Warga digital adalah individu yang memanfaatkan TI teknologi informasi untuk membangun komunitas, bekerja, dan berekreasi. Warga digital secara umum telah memiliki pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan TI untuk berkomunikasi maupun mengekspresikan sebuah ide. Contohnya berkomunikasi melalui facebook, menulis blog, mencari informasi di forum, melakukan twit di Twitter, dan lain-lain. Sama halnya dengan warga dunia nyata, semua warga digital memiliki kewajiban untuk menjaga etiket dan norma, serta memiliki rasa tanggung jawab di dunia maya. Mengapa kewargaan digital itu penting? Jika Anda ingin memperoleh yang terbaik dalam menggunakan Internet dan menjaga keamanan serta kesehatan Anda dan rekan, gunakan bahan-bahan berikut ini untuk mempelajari bagaimana menjadi warga digital yang positif. Apa itu Kewargaan Digital ? Pengertian kewargaan digital adalah norma perilaku yang tepat dan bertanggung jawab terkait dengan penggunaan teknologi yang baik dan benar. Hal ini amat penting menjadi perhatian siapa pun, baik itu orang tua, guru, pemerintah, maupun lembaga sosial lainnya. Rentang usia warga digital mulai bergeser, seiring dengan semakin mudahnya akses teknologi, tampilan dan fitur yang semakin memanjakan pengguna, membuat anak-anak di usia belia telah dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk berkomunikasi, mencari dan bertukar informasi di dunia maya. Usia yang masih belia semakin membuka kemungkinan adanya pelanggaran norma-norma maupun penyebaran informasi penting yang dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pengertian kewargaan digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar. Penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar memiliki banyak implikasi, pemilihan kata yang tepat dalam berkomunikasi, tidak menyinggung pihak lain dalam update status WhatsApp, tidak memberikan informasi penting kepada publik, tidak membuka tautan yang mencurigakan, dan lainnya. Jadi pemahaman terhadap pengertian kewargaan digital menjadi sangat penting bagi setiap lapisan masyarakat. Hal ini tidak lain untuk melindungi generasi muda bangsa kita dari kemerosotan moral dan menjaga norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia. Lingkungan Kewargaan Digital Siswa Siswa atau peserta didik secara umum masuk dalam lingkungan kewargaan digital yang ada dalam masyarakat. Minimal ada tiga lingkungan kewargaan digital di mana siswa berperan aktif di dalamnya. Lingkungan pertama adalah lingkungan belajar dan akademis. Komunikasi digital telah menjadi bagian dari lingkungan belajar dan akademis, apa lagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Baik pengajar dan siswa secara aktif memanfaatkan IT dalam mencari informasi, data, maupun literatur yang digunakan untuk keperluan akademis. Lingkungan kedua adalah lingkungan sekolah dan tingkah laku. Lingkungan ini sedikit berbeda dengan lingkungan akademis, lingkungan sekolah dan tingkah laku tidak hanya terkait dengan aktifitas pembelajaran. Namun, anggota lingkungan ini bisa saja adalah masyarakat sekolah dan sekitarnya. Lingkungan ketiga adalah kehidupan siswa di luar lingkungan sekolah. Dimana mereka juga punya akses pada lingkungan digital di luar kehidupan sekolah, misalnya keluarga, kelompok hobi, komunitas bermain, dan lain sebagainya. Komponen Komponen Kewargaan Digital Kita sudah membahas bahwa pengertian kewargaan digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya agar warga digital lebih bertanggung jawab atas segala tindakannya. Lalu apa yang menjadi komponen-komponen kewargaan digital ? Komponen kewargaan digital dapat dibagi menjadi 9 komponen, Yaitu sebagai berikut Komponen 1. Akses Digital. Setiap orang seharusnya memiliki hak yang sama dalam mengakses fasilitas IT. Namun kemudian, setiap pengguna TIK harus menyadari bahwa tidak setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses teknologi, baik itu dibatasi oleh infrastruktur maupun oleh lingkungan komunitas pengguna itu sendiri. Komponen 2. Komunikasi Digital. Dalam lingkungan belajar, akademis, maupun lingkungan kerja dan masyarakat umum nantinya, komunikasi merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap orang untuk dapat bertukar informasi dan ide. Komunikasi dapat dilakukan secara satu arah, dua arah, antarpribadi maupun komunikasi dalam forum. Komponen 3. Literasi Digital. Dunia pendidikan telah mencoba untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa mampu menggunakan teknologi digital untuk mencari dan bertukar informasi. Komponen 4. Hak digital. Sama halnya dengan perlindungan hak asasi di dunia nyata, para warga digital juga memiliki perlindungan hak di dunia digital. Setiap warga digital memiliki hak atas privasi, kebebasan berbicara, dll. Komponen 5. Etiket digital. Sering kali pengguna teknologi digital tidak peduli dengan etiket penggunaan teknologi, tetapi langsung menggunakan produk tanpa mengetahui aturan serta tata krama penggunaannya. Komponen 6. Keamanan digital. Dalam setiap komunitas terdapat individu yang mencuri karya, merusak, ataupun mengganggu individu lainnya. Komponen 7. Hukum digital. Hukum digital mengatur etiket penggunaan teknologi dalam masyarakat. Warga digital perlu menyadari bahwa mencuri ataupun merusak pekerjaan, data diri, maupun properti daring orang lain merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Komponen 8. Transaksi digital. Warga digital perlu menyadari bahwa sebagian besar dari proses jual beli telah dilaksanakan secara daring. Komponen 9. Kesehatan digital. Di balik manfaat teknologi digital, terdapat beberapa ancaman kesehatan yang perlu diperhatikan, seperti kesehatan mata, telinga, tangan, bahkan keseluruhan badan. Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental dapat juga terancam jika pengguna tidak mengatur penggunaan teknologi digital. Apa itu THINK ? Untuk menyederhanakan 9 komponen di atas, kita dapat menggunakan konsep “ sebelum Anda berkomunikasi di dunia digital. Apa kepanjangan dari THINK ? adalah akronim dari Is it True Benarkah? Is it Hurtful Menyakitkankah? Is it illegal Ilegalkah? Is it Necessary Pentingkah? Is it Kind Santunkah? Soal Latihan Kewargaan Digital Untuk lebih mendalami tentang apa itu pengertian kewargaan digital, silakan kerjakan soal latihan interaktif berikut ini. Demikianlah rangkuman kami mengenai pengertian kewargaan digital adalah ? dan jawabannya. Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu
AtribusiKewargaan Digital Dalam Literasi Digital. Untirta Civic Education Journal, 2017. Yudha Adi Pradana. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. This Paper. A short summary of this paper. 26 Full PDFs related to this paper. Apa Yang Dimaksud Dengan Warga Digital?Apa Itu Warga Digital Brainly?Apa Yang Dimaksud Dengan Kewarganegaraan Digital?Apa Yang Dimaksud Dengan Kewarganegaraan? Kewargaan digital adalah? – kewarganegaraan digital adalah bentuk konsep yang kemudian akan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk mempengaruhi berbagai bentuk penggunaan teknologi di dunia maya dengan benar dan benar. Selain itu, kewarganegaraan digital juga akan digunakan sebagai definisi sebagai bentuk norma perilaku yang akan sesuai dan juga akan bertanggung jawab atas penggunaan teknologi. Selain itu, menerapkan penggunaan teknologi dari dunia maya yang akan lebih baik dan juga lebih benar. Beberapa contoh kewarganegaraan digital adalah. Apa lingkungan kewarganegaraan digital? mengapa anda harus memahami etika kewarganegaraan digital? siapa warga digital? apa itu kewarganegaraan digital? brainly. Co. Id/tugas/959337. Apa Yang Dimaksud Dengan Warga Digital? Warga digital merupakan individu yang memanfaatkan Teknologi Informasi untuk membangun komunitas, bekerja, dan berekreasi. Apa Itu Warga Digital Brainly? warga digital adalah masyarakat yang sudah berubah masa nya. Dari era tradisional / kegaptekan menjadi ke era digital atau modern. Apa Yang Dimaksud Dengan Kewarganegaraan Digital? Digital Citizenship adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan tentang penggunaan teknologi dunia virtual dengan baik. Apa Yang Dimaksud Dengan Kewarganegaraan? Kewarganegaraan adalah hubungan individu dengan negara. Kewarganegaraan menunjukan kebebasan dan warga warga negara memiliki hak, tugas, dan tanggung jawab tertentu. Secara umum, warga negara punya hak politik penuh. Hak untuk memilih dan memegang jabatan publik. Menurutnyakalau mau bersaing dengan negara lain usaha kecil, mikro l, dan menengah (UMKM) harus berani masuk ke platform digital. Di Indonesia kata Presiden terdapat 65,4 juta UMKM yang Tentang kewargaan digital di negara maj Jawaban Tentang kewargaan digital di negara maju akan diuraikan di bawah ini. Pembahasan Kewargaan Digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar. Atau juga dapat didefinisikan sebagai norma perilaku yang tepat dan bertanggung jawab atas penggunaan teknologi. Cara menggunakan teknologi dunia maya dengan baik dan juga benar memiliki banyak implikasi, pemilihan kata yang tepat dalam berkomunikasi, tidak menyinggung pihak lain dalam update status, tidak memberikan informasi penting kepada publik, tidak membuka tautan yang mencurigakan, dan lainnya. Penggunaan teknologi informasi yang baik dan benar ini mengandung beberapa makna, antara lain – menggunakan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan etika kesopanan dalam berkomunikasi – tidak menyinggung pihak lain dalam sebuah update-an status yang bertujuan untuk menjatuhkan suatu pihak tertentu atau membuat status yang mengarah pada keburukan. – tidak membagikan informasi yang bersifat privasi kepada publik – tidak mengakses website yang tidak pantas atau berisi konten yang negatif Komponen Kewarganegaraan Digital Kewarganegaraan digital memiliki 9 komponen utama, yaitu 1. Akses Digital Akses digital merupakan salah satu komponen yang paling mendasar untuk menjadi warga digital. Namun karena beberapa faktor, seperti status sosial ekonomi, domisili, cacat tubuh, atau lainnya, beberapa individu mungkin tidak memiliki akses digital. Akses digital yang termudah sering didapatkan di sekolah yang menawarkan komputer dengan internetnya untuk mempermudah siswa dalam mengakses informasi, sekaligus meminimalisir kesenjangan digital akibat beberapa faktor tersebut. 2. Perdagangan Digital Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perdagangan saat ini sebagian besar dilakukan secara online. Tentu saja sebagai warga digital, kita diharapkan bertindak bijak dan hati-hati, misalnya saja dalam hal penggunaan kartu kredit secara online. Kegiatan perdagangan digital telah membuat segalanya jadi lebih mudah, namun ada pula dampak negatifnya. Download ilegal, perjudian, transaksi narkoba, dan lainnya rentan terjadi pula melalui kegiatan perdagangan digital. 3. Komunikasi Digital Komunikasi digital dilakukan secara tertulis melalui jejaring sosial maupun email. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik dan sesuai dengan etika. 4. Literatur Digital Hal ini memberi pemahaman tentang bagaimana menggunakan berbagai perangkat digital. Misalnya, bagaimana cara mencari informasi di mesin pencari dengan benar atau bagaimana cara menggunakan berbagai log online. Biasanya banyak lembaga pendidikan akan membantu tiap individu untuk memahami hal ini. 5. Etika Digital Sebagaimana dibahas dalam komponen ke-3, etika digital adalah suatu harapan agar berbagai media teknologi informasi di internet mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan etika. Tak jarang beberapa media tertentu menuntut perilaku dan penggunaan bahasa yang lebih tepat dan sesuai. 6. Hukum Digital Tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan perdagangan digital telah menghadirkan fenomena pembajakan, download ilegal, penyalahgunaan kartu kredit, pencurian identitas, penyebaran virus, mengirim spam, cyber bully, atau tindakan negatif lainnya. Oleh karena itu diaturlah hukum digital untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal tersebut meski tidak bisa sepenuhnya dihilangkan 100%. 7. Hak dan Kewajiban Digital Merupakan seperangkat hak warga negara digital seperti memiliki privasi, berkomunikasi dengan penuh etika, dan sebagainya. 8. Kesehatan Digital Seorang warga digital harus menyadari akibat stres fisik seperti ketegangan mata, sakit kepala, dan lainnya yang mungkin terjadi akibat penggunaan internet yang berlebihan. Mereka harus sadar untuk tidak tergantung bahkan kecanduan pada internet karena hal itu bisa mengganggu kesehatan mereka. 9. Keamanan Digital Hal ini berarti bahwa seorang warga digital harus mengambil langkah-langkah protektif dengan berlatih menggunakan password yang sulit, perlindungan virus, back-up data, dan lain sebagainya. Tuliskankomponen kewargaan digital yang dilanggar. pilihan untuk mandiri dalam belajar menjadikan siswa untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri peralatan yang digunakan untuk penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan. Kurangnya sanksi yang keras atau tegas di Negara kita tentang pelanggaran Kewargaaan digital, mungkin ada sebagian dari kalian yang merasa asing dengan sebutan ini? atau malah sudah familiar? Dulu sebelum teknologi dan internet mudah diakses, kita hanya mengenal kewarganegaraan dimana kita tinggal. Sekarang kewarganegaraan tidak hanya mengacu pada dimana kita tinggal saat ini. Tetapi juga kewarganegaraan digital. Kita tahu bahwasanya internet diakses secara bebas. Bahkan pemerintah tidak mungkin mengontrol penduduk Indonesia yang jumlah puluhan juta penduduk agar bijak dalam menggunakan digital. Apalagi belakangan ini banyak sekali etika pengguna internet yang meresahkan. Banyak penyelewengan, banyak komentar pedas seperti pedas cabai rawit. Maka dari itu dibuatlah kewarganegaraan digital yang bertujuan dapat menciptakan dunia digital yang bertanggungjawab, menciptakan keamanan digital dan akses informasi yang berkualitas. Nah, untuk ulasan lebih lengkap tentang kewarganegaraan digital, yuks kita simak pengertian, konsep, komponen, etika dan pelanggaran kewarganegaraan digital berikut ini. Daftar Isi 1Pengertian Kewarganegaraan Digital Menurut Para Ahli1. Mossberger 2. Rible 3. Mike Ribble 4. Amman 5. Ribble dan Bayley 6. Collier 9 Elemen Kewarganegaraan Digital 1. Digital Access 2. Digital Commerce 3. Digital Communication 4. Digital Literacy 5. Digital Etiquette 6. Digital Law 7. Digital Rights And Responsibilities 8. Digital Health And Wellness 9. Digital SecurityKonsep Kewarganegaraan Digital1. Empati 2. Memahami Cara Kerja Internet 3. Memahami Data Pengguna Internet 4. Literasi Komputer internet 5. Memahami Kesenjangan Dalam Penguasaan Teknologi Maju6. Ciptakan Kenyaman Dan Keharmonisan 7. Gunakan Digital Secara AmanPelanggaran Kewarganegaraan Digital1. Membuat dan menyebarkan Berita Hoax 2. Pencemaran Nama Baik3. Penipuan Online4. Menyebarkan Berita Kebencian 5. Pembajakan Pengertian Kewarganegaraan Digital Menurut Para Ahli Pengertian kewarganegaraan digital menurut para ahli dapat kita simak sebagai berikut. 1. Mossberger Kewarganegaraan digital disebut juga dengan digital citizenship. Menurut Mossberger 2008, konsep dari kewarganegaraan digital adalah mereka yang sering menggunakan teknologi untuk mengdapatkan informasi politik demi memenuhi tugas sipil mereka, dan yang menggunakan teknologi di tempat kerja untuk keuntungan ekonomi. Digital citizens are those who use technology frequently, who use technology for political information to fulfill their civic duty, and who use technology at work for economic gain. 2. Rible Sementara Rible 2013 mengartikan kewarganegaraan digital adalah sarana yang dapat membantu guru, orangtua atau siapapun itu dalam penggunaan teknologi untuk kepentingan sehari-hari dan digunakan secara sewajarnya saja. Jika tidak dilakukan secara wajar, maka dapat menimbulkan ketergantungan 3. Mike Ribble Mike Ribble mengartikan pentingnya kewarganegaraan digital dikalangan pelajar di tengah arus pesat pertumbuhan teknologi. Maka kewarganegaraan digital perlu diperkenalkan agar mereka menguasai kompetensi digital dalam konteks demokrasi partisipatori. Agar mereka menjadi pengguna yang cerdas dan tidak latah dengan informasi yang belum tentu kebenarannya. 4. Amman Menurut Amman, kewarganegaraan digital memiliki lima indikator penting yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran, yaitu sikap positif-kritis siswa, motivasi belajar, kinerja pendidik selama di kelas, sarana pembelajaran dan suasana. Jika dari beberapa indikator di atas tidak terkontrol, maka penggunaan digital citizenship justru bisa mempengaruhi output peserta didik. 5. Ribble dan Bayley Menurut Ribble dan Bayley mengartikan kewarganegaraan digital sebagai norma perilaku sesuai dengan pedoman warga negara yang digunakan di abad digital seperti sekarang ini. 6. Collier Sementara Collier 2019 mendefinisikan cara berpikir kritis dan pilihan-pilihan etis tentang konten yang dipublikasikan lewat media digital, termasuk melihat, menulis sesuatu yang dipublikasikan secara digital. Itulah beberapa pendapat tentang kewarganegaraan digital menurut para ahli. Semoga sedikit ulasan di atas memberikan manfaat. 9 Elemen Kewarganegaraan Digital Kewarganegaraan digital memiliki sembilan elemen kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting untuk kita pahami. Berikut elemen kewarganegaraan digital yang perlu diperhatikan. 1. Digital Access Keterbukaan dan kesempatan yang diberikan kepada warga negara yang lebih terbuka di dunia digitalisasi. Dimana teknologi menawarkan efisiensi yang lebih efektif dan efisien. 2. Digital Commerce Digital commerce adalah sekarang tidak hanya digunakan untuk mengkoneksikan dengan taman-teman lama, dan menjadikan satu orang yang tidak kenal menjadi kenal. Tetapi digital commerce pun dapat digunakan untuk menjalankan bisnis dan ekonomi. Termasuk dalam hal transaksi, jual beli juga dapat dilakukan secara digital secara efektif dan efisien. Masalah pembayaran, tentu bisa dilakukan dengan bertatap muka, atau yang kita kenal dengan COD, bisa lewat transfer antar rekening, atau bisa juga melalui rekber atau rekening bersama untuk menjaga tentang penipuan. 3. Digital Communication Sementara yang dimaksud dengan digital communication adalah pertukaran informasi secara digital. Salah satunya dengan memanfaatkan media sosial. Berbicara tentang media sosial, sebenarnya ada banyak jenis pilihannya, ada Instagram, Facebook, WA, dan masih banyak lagi pilihan alternatif lainnya. 4. Digital Literacy Digital literacy adalah interaksi secara digital yang memanfaatkan teknologi yang sudah ada saat ini. Adapun tujuan dari digital literacy, yaitu penggunaan lebih tepat sasaran, dan penyebaran yang lebih luas. 5. Digital Etiquette Unsur kewarganegaraan digital yang selanjutnya memperhatikan digital etiquette, yaitu standar atau aturan yang diterapkan untuk dunia digital yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan tidak menimbulkan konflik ataupun kekacauan di dalam masyarakat luas. Padahal, kenyataannya kita tahu sekarang banyak komentar dari netizen yang tidak tahu aturan dan asal bunyi. 6. Digital Law Istilah digital law bentuk pertanggungjawaban dari apa yang sudah dilakukan dalam media digital. Dimana setiap pengguna media sosial harusnya sudah mengetahui dan memahami perundang-undangan. Diharapkan setelah tahu aturan maka pengguna digital tahu batasi, aksi dan gerak gerik langkah mereka pun menjadi lebih berhati-hati lagi. 7. Digital Rights And Responsibilities Memang setiap orang memiliki hak untuk berkomunikasi dan membuka peluang dan kesempatan besar untuk mengembangkan jaringan mereka secara digital. Nah di poin digital rights and responsibilities ini menekankan pada ruang untuk mengekspresikan diri dengan nyaman, asal tidak sampai mengancam hak-hak orang lain dan jangan sampai merendahkan hak orang lain. 8. Digital Health And Wellness Kehadiran dunia digital tidak hanya sekedar digunakan untuk memperluas jaringan saja. Tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong hidup lebih sehat. Kehadiran digital yang ada, kita bisa melihat banyak informasi tentang kesehatan dan mendorong kita untuk tetap hidup sehat, baik secara jasmani maupun secara rohani. 9. Digital Security Unsur yang terakhir adalah digital security, dimana data dan informasi yang dibagikan secara digital seharusnya dilindungi. Tentu saja agar bisa melahirkan keamanan ini dibutuhkan kehati-hatian dan pengetahuan. Kita tahu bahwa sekarang ada banyak hacker, kita pun bisa meminimalisir potensi terjadinya hal-hal seperti itu. Itulah kesembilan elemen kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting untuk dipelajari dan dicatat. Pastikan agar kita lebih berhati-hati dalam memanfaatkan media sosial tanpa menganggu ketenangan dan hak orang lain. Konsep Kewarganegaraan Digital Konsep kewarganegaraan digital kelihatannya sederhana, namun penting untuk pahami bagi kawula muda digital saat ini wajib menerapkan tujuh konsep kewarganegaraan digital, agar tidak memancing caci maki. Apa saja konsep tersebut? Berikut beberapa konsep tersebut. 1. Empati Majunya teknologi tidak menggambarkan majunya moral pengguna digital. Atau mungkin karena akses dan publikasi saat ini terlalu terbuka, dan menjadi konsumsi public. Sehingga memicu pengguna lain secara kematangan tidak bisa mengontrol diri, sehingga menyebabkan mudah memperolok dan berkata kasar lewat media sosial sehingga memicu terjadinya konflik dan debat yang sebenarnya tidak perlu. Kasus perang netizen inilah yang akhirnya muncul istilah netizen selalu benar. Karena apapun yang dilakukan orang lain salah di mata netizen. APabila setiap netizen memiliki rasa empati yang tinggi, maka tidak akan terjadi kesemrawutan di dunia digital, terutama di media sosial. Memang jika dibandingkan 40 tahun yang lalu dengan orang jaman sekarang, nilai empati cenderung menurun. Atau mungkin, sebenarnya masih banyak orang yang berempati, akibat kebebasan digital yang digunakan kurang tepat, menutup orang-orang yang berempati tinggi. Sehingga, seolah-olah mereka sudah tidak ada lagi. 2. Memahami Cara Kerja Internet Konsep kewarganegaraan digital yang kedua adalah pentingnya memahami cara kerja internet. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah, banyak orang tua yang memberikan akses kendali secara bebas untuk anak-anak mereka tanpa pengawasan. Dimana secara emosi, anak-anak tidak memiliki kontrol diri yang baik. Padahal cara kerja internet jika dimanfaatkan dengan baik memberikan dampak positif juga bagi penggunannya. Namun jika salah penggunaannya, maka akan buruk juga hasilnya. Cara kerja internet akan memberikan pengaruh sesuai yang dijalankan oleh seseorang individu. 3. Memahami Data Pengguna Internet Konsep kewarganegaraan digital yang sudah semakin “embuh” maka kamu wajib memperhatikan dan memahami data pengguna internet. Dulu, saat internet masuk pertama kali, tidak banyak penyelewengan digital. Sementara sekarang? Kita harus sangat berhati-hati. Kini banyak akun palsu, banyak buzzer bayaran yang berfungsi mengiring opini pengguna internet. Ironisnya lagi, masalah popularitas bisa disetting dengan cara membuat sensasi dan settingan. Di dunia media sosial contohnya, banyak akun-akun kloningan yang sebenarnya mereka fiktif. Tentu saja mereka tetap ada yang dijalankan. Ada juga akun-akun robot dan masih komplek permasalah di dunia digital. Jadi, buat kamu harus lebih jeli lagi melihat dan kepo tentang data pengguna internet. 4. Literasi Komputer internet Konsep kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting adalah memahami literasi komputer internet. Jadi pengetahuan tentang perkomputeran dan perinternetan pun juga penting kamu pelajari. Sehingga ketika terjadi kendala, kita bisa langsung menanganinya. 5. Memahami Kesenjangan Dalam Penguasaan Teknologi Maju Kita tahu bahwa Indonesia bukanlah Negara maju yang dari segi perspektif pikiran kita masih biasa-biasa saja. Dimana otak kita hanya 20% yang dimaksimalkan, sementara di Negara maju masyarakatnya sudah memaksimalkan otak mereka hingga 80%. Maka tidak heran jika kita sebenarnya juga mengalami kesenjangan dalam penguasaan teknologi maju. Mungkin ada yang tidak terima sebagai Negara yang malas? Itu sah-sah saja. Realitanya, kita hanya sebagai konsumen yang hanya memanfaatkan teknologi yang sudah ada, dan kita juga belum mampu menciptakan teknologi tandingan yang diakui dunia. Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak bisa. Kita bisa jika kita mau dan sedikit lebih kritis. Setidaknya dengan cara mengubah sudut pandang kita, tidak mudah latah dan memanfaatkan digital yang ada dengan hal-hal yang positif dan membangun. 6. Ciptakan Kenyaman Dan Keharmonisan Konsep kewarganegaraan digital yang tidak kalah penting adalah menciptakan keamanan dan keharmonisan. Hal ini dilandasi dari banyaknya kasus dan laporan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh oknum, oleh haters atau bahkan media yang membangun informasi hoax. 7. Gunakan Digital Secara Aman Konsep terakhir dari kewarganegaraan digital adalah penggunaan digital secara aman. Aman dalam hal ini adalah aman dari hacker, aman dari komentar kotor, aman dari berita hoax, meminimalisir terjadinya tipu-tipuan, dan masih banyak definisi keamanan yang lain. Itulah tujuh konsep kewarganegaraan digital yang seharusnya menjadi pegangan bagi setiap pengguna digital, terutama yang bermain media sosial. Tentu saja bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dan kenyamanan dalam digitalisasi. Pelanggaran Kewarganegaraan Digital Sepertinya kita sudah tidak asing lagi dengan pelanggaran kewarganegaraan digital. Saya yakin kamu pun juga sudah sering melihat berita berseliweran atas pelanggaran berdigital. Berikut beberapa pelanggaran kewarganegaraan digital yang paling umum kita temukan. 1. Membuat dan menyebarkan Berita Hoax Pelanggaran kewarganegaraan digital yang paling meresahkan saat ini adalah banyaknya berita hoax, didukung dengan kurang jelinya pengguna digital mengkonfirmasi berita. Sehingga mereka asal ikut menyebarkan berita hoax tersebut. Belum lagi berita-berita yang sebenarnya sepele dan tidak ada selling pointnya, namun oleh beberapa penulis biasanya portal berita web dan youtube menggoreng berita tersebut. sehingga tidak hanya merugikan orang yang bersangkutan, tetapi secara jangka panjang hanya membuang waktu bagi pembacanya. Jika kita perhatikan di era digitalisasi seperti sekarang, saya sering menemukan beberapa portal berita yang isinya memberitakan dari channel youtube yang bersangkutan. Memang cara ini tidak salah, namun jika dibandingkan model pencarian berita jaman dulu sudah jauh bergeser. Dua puluh tahun yang lalu, para jurnalis benar-benar harus terjun ke lapangan dan bertemu langsung kepada narasumber agar bisa menjadi berita. Sekarang? cukup menonton channel youtube sudah menjadi berita. Secara pribadi, kreativitas dan usaha untuk mendapatkan berita yang eksklusif kurang tersampaikan. 2. Pencemaran Nama Baik Pelanggaran kewarganegaraan digital yang paling umum lainnya adalah pencemaran nama baik. Paling banyak dirasakan oleh para public figure. Belum lama ini kasus Ayu Ting-ting dengan KD yang cukup panas masalah pencemaran nama baik sekaligus bullying. 3. Penipuan Online Siapa nih yang suka beli online? Barangkali pernah ditipu oleh penjual? Atau kamu mengikuti iseng-iseng berhadiah di media sosial, ternyata penipuan juga? sebenarnya ada banyak sekali kasus penipuan online. Upaya menghindari penipuan tersebut, kita harus berhati-hati. Jika perlu kepo dulu, survey dulu, Tanya-tanya dulu. Bahkan jika perlu, riwayat chat sebelum barang atau apapun itu harus disimpan terlebih dahulu. Jika ternyata itu penipuan, kita sudah punya riwayatnya. 4. Menyebarkan Berita Kebencian Pelanggaran kewarganegaraan digital yang umum lain adalah menyebarkan berita kebencian. Tidak dapat dipungkiri, digitalisasi tidak hanya memudahkan para UKM/UMKM menawarkan produk mereka. Tetapi juga dimanfaatkan oleh oknum atau komunitas tertentu untuk menyebar berita kebencian. Dimana berita yang disebar inilah yang mencari bibit-bibit pengikut golongan tertentu. Itu sebabnya dibutuhkan kontrol diri dan pengetahuan agar tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita tidak jelas seperti kebencian. 5. Pembajakan Masalah digital ternyata juga memicu beberapa oknum melakukan pembajakan karya orang lain. Entah itu disadari ataupun tidak di sadari. Nah, pembajakan yang tidak disadari umumnya dilakukan oleh mereka yang tidak tahu masalah hak cipta atau Hak Kekayaan Intelektual. Salah satu contoh kasus yang sekarang bergulir, masalah Warkopi dengan Warkop DKI. Setidaknya dari kasus ini kita belajar tentang apa itu HKI. Itulah ulasan tentang kewarganegaraan digital. Semoga sedikit ulasan di atas memberikan wawasan dan manfaat. Penulis Irukawa Elisa Artikel terkait kewarganegaraan Rekomendasi Buku PancasilaPengertian HAMPengertian Wawasan Nusantara
terhadapnegara Indonesia sendiri tentunya. (Hasanah 2015) Dampak positif yang diberikan oleh modernisasi dan globalisasi adalah transfer teknologi dari negara maju kepada negara Indonesia sehinga berdampak pada kemajuan pembangunan di negara Indonesia. Sedangkan dampak negatif yang terjadi karena adanya
Kewargaan digital adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan keberadaan kita dalam dunia digital. Negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang telah memahami pentingnya kewargaan digital. Kewargaan digital mengacu pada kesadaran individu terhadap tanggung jawab dan hak-hak mereka dalam dunia digital. Hal ini meliputi hak privasi, keamanan, etika, dan tanggung jawab untuk membangun komunitas yang sehat di dunia digital. Hak Privasi Kewargaan digital mencakup hak privasi individu dalam dunia digital. Negara maju telah menetapkan undang-undang dan peraturan yang melindungi privasi individu di dunia maya. Seperti di Amerika Serikat, undang-undang Federal Trade Commission Act memberikan perlindungan privasi bagi konsumen online. Di Inggris, Data Protection Act menetapkan standar privasi dan perlindungan data yang harus dipatuhi oleh perusahaan. Di Jepang, undang-undang tentang privasi data melindungi privasi pengguna internet. Dalam kewargaan digital, individu memiliki hak untuk mengetahui bagaimana data mereka dikumpulkan, digunakan, dan dibagikan oleh perusahaan online. Individu juga memiliki hak untuk menghapus data mereka yang tidak terpakai atau tidak sesuai. Keamanan Kewargaan digital juga mencakup keamanan individu dalam dunia digital. Negara maju telah mengembangkan teknologi untuk melindungi individu dari ancaman dunia maya seperti malware, virus, dan serangan siber. Seperti di Amerika Serikat, National Cyber Security Alliance memberikan sumber daya dan alat untuk mengurangi risiko keamanan online. Di Inggris, GCHQ Cyber Security Operations Centre bertanggung jawab untuk melindungi keamanan nasional dari serangan siber. Di Jepang, Cyber Defense Force bertanggung jawab untuk melindungi infrastruktur digital dari ancaman siber. Etika Kewargaan digital juga mencakup etika dalam dunia digital. Individu harus mematuhi etika dan moral dalam berinteraksi dengan orang lain di dunia maya. Seperti di Amerika Serikat, Netiquette adalah seperangkat aturan perilaku online yang membantu mempromosikan etika online. Di Inggris, Ethical Hacking adalah praktik yang digunakan untuk menemukan kelemahan dalam sistem keamanan dengan cara yang etis. Di Jepang, Code of Conduct merupakan seperangkat aturan perilaku digital yang membantu mempromosikan etika dan moral di dunia maya. Tanggung Jawab Kewargaan digital juga mencakup tanggung jawab individu dalam dunia digital. Individu harus bertanggung jawab atas tindakan mereka di dunia maya seperti tindakan online yang melanggar hukum atau merugikan orang lain. Seperti di Amerika Serikat, undang-undang Computer Fraud and Abuse Act memperketat hukuman untuk tindakan siber yang ilegal. Di Inggris, undang-undang Communications Act memperketat hukuman untuk tindakan siber yang merugikan orang lain. Di Jepang, Cybercrime Prevention Act memberikan pengaruh yang lebih besar dalam mencegah tindakan siber yang ilegal. Kesimpulan Kewargaan digital adalah konsep yang penting dalam dunia digital. Negara maju telah memahami pentingnya kewargaan digital dan telah mengembangkan undang-undang, peraturan, dan teknologi untuk melindungi hak privasi, keamanan, etika, dan tanggung jawab individu dalam dunia digital. Seluruh individu harus memahami tanggung jawab mereka dalam dunia digital dan mematuhi aturan dan etika online untuk membangun komunitas yang sehat dan aman di dunia maya.

Soalpilihan ganda tentang kewargaan digital beserta jawabannya pdf dapat anda nikmati dengan cara klik pautan muat turun di bawah dengan mudah tanpa adanya iklan yang diperlukan. Yuk Mojok! Contoh Soal Tajwid Pilihan Ganda Dan . Komentar dan user name 13. Contoh soal pilihan ganda kewargaan digital beserta jawabannya

Krisis COVID-19 memberikan kesempatan untuk berpikir secara mendalam tentang apa artinya menjadi “warga [digital] yang baik berpartisipasi dalam kehidupan sipil dan politik, mengkritik masalah di dunia, dan memperbaikinya melalui penyelidikan dan tindakan yang penuh harapan” Stitzlein, 2020, hlm. 83. Penting untuk bersiap menghadapi kenyataan bahwa kita pasti akan menghadapi krisis tambahan dalam waktu dekat. Paralel yang jelas adalah krisis perubahan iklim warga mengakses informasi, kebutuhan untuk pengorbanan dan tindakan kolektif untuk kebaikan masyarakat di luar kota atau negara bagian sendiri, dan kenyataan bahwa perubahan iklim akan “mengambil korban terbesar pada orang miskin dan rentan, dan dampak ini sebagian besar disebabkan oleh ketidaksetaraan” PBB, 2016, paragraf 1 yang secara tragis bertahan lama namun dapat diperbaiki. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Kewarganegaraan Digital Selama PandemiGlobal Melampaui Literasi DigitalBeth A. Buchholz, Jason DeHart, Gary Moorman“Karena kehidupan dan pengajaran sehari-hari telah bergeser ke komunitas online dan ruang dirumah, langkah apa yang dapat diambil pendidik untuk membuat model dan memfasilitasi praktikkewarganegaraan digital yang efektif?”alam pembukaan bukunyatentang kewarganegaraan digital,Ribble 2015 memprovokasipembaca dengan mengajukan pertanyaanretoris berikut “Mengapa seseorang—administrator, guru, orang tua, siswa—bahkan peduli dengan hal seperti 'masyarakatdigital?' ” hal. 7. Lima tahun kemudian, didunia yang tampaknya sulit dikenali, itubukan lagi pertanyaan retoris. Pandemiglobal COVID-19 mengharuskan warga diseluruh dunia mempraktikkan jaraksosial/fisik. Tempat-tempat umum dan bisnistempat orang-orang berkumpul sebelumnyaditutup. Pendidik, yang banyak di antaranyatidak menguasai teknologi dengan baik, tiba-tiba ditugaskan untuk memindahkanpembelajaran berbasis sekolah ke mereka dihadapkan pada banyakmasalah pengajaran, pembelajaran, danteknologi yang rumit yang membuat masalahkesetaraan dan akses lebih jelas komentar ini, kamimengeksplorasi hubungan antarakewarganegaraan dan dunia digital yangberkembang pesat dengan melihat ke saat awali dengan pembahasan tentangpendidikan, kewarganegaraan, dan duniadigital dalam konteks pandemi kemudian membuat argumen bahwaliterasi digital kritis dan kewarganegaraanharus dilihat sebagai kami mengeksplorasi implikasiruang kelas dalam konteks empat pertanyaankompleks etis yang diajukan olehMasyarakat Internasional untuk Teknologidalam Pendidikan ISTE; 2020. Akhirnya,kami memeriksa ketidakadilan yang semakinnyata sebagai akibat dari di Saat KrisisUntuk memperlambat pandemi, parapemimpin pemerintah secara eksplisitmeminta semua warga untuk melakukanbagian mereka untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kematianyang tidak perlu. Kampanye iklanmenyerukan persatuan mis., "terpisah tapitidak sendirian". Tagar yang beredar dimedia sosial mencerminkan seruan kepadawarga untuk mengambil tindakan sederhanadan individual untuk kebaikan kolektif yanglebih besar WashYourHands,BendTheCurve, dan ditantang untuk menyaring puing-puing digital yang mengacaukan webmisalnya, peta, grafik, artikel, bagan,video, untuk membedakan informasi akurattentang COVID-19. Wacana politik yangkontroversial dan teori konspirasi membuatpembelajaran untuk hidup aman dan salingmenjaga di/lintas ruang digital dipanggil untuk beralih dariperan sekolah yang berteori dalammempersiapkan kaum muda untuk hidupterlibat secara sipil, kehidupan melek onlinedi masa depan untuk mempertimbangkantaruhan tinggi dan implikasi etis darimengundang kaum muda untukberpartisipasi dalam pekerjaan ini mendadak sekolah kepembelajaran jarak jauh/e-learning padaakhirnya dapat memperkuat praktik literasidigital siswa dan guru. Agar hal ini menjadikenyataan, pendidik membutuhkan waktudan ruang untuk terlibat dalam percakapankritis yang melampaui alat/platform digitalyang efektif dalam memenuhi definisi sempittentang membaca dan melihat perpindahan pra-K-16ke platform online pada musim semi 2020sebagai “bukan homeschooling…bukanpembelajaran jarak jauh…, bukan sekolahonline” Hughes & Jones, 2020, paragraf 2–4 melainkan “Covid-19 Schooling”paragraf 7. Dari perspektif ini, pengalamanpendidikan online ini dapat dilihat sebagaibentuk manajemen krisis. Hal inimemberikan ruang untuk menciptakankembali dan membayangkan kembalipandangan yang lebih luas dan eksperiensialtentang praktik literasi kritis yang diperlukanuntuk kewarganegaraan digital di duniapasca-COVID-19. Mengingat pengalamanonline pribadi dan kolektif kita selamaCOVID-19, kita ditantang untukmempertimbangkan kembali pertanyaan,Warga negara seperti apa yang dibutuhkanoleh demokrasi abad ke-21 kita?Kewarganegaraan Digital LiterasiDigital Kritis sebagaiPartisipasi/Keterlibatan Kewarganegaraan adalah interaksi kompleksantara demokrasi, komunitas, dan yang dikatakan Dewey 1916,demokrasi “lebih dari sekadar bentukpemerintahan; itu terutama merupakan carahidup yang berhubungan, pengalaman komunikasi bersama [penekananditambahkan]” hal. 83. Bentukpemerintahan ini membutuhkan komunitasdengan seperangkat nilai bersama, dan warganegara yang terlibat secara bertanggungjawab dalam kegiatan sosial dan politikPendidik harus menyadari bahwademokrasi, seperti halnya semua fenomenasosial yang kompleks, tidak dapat diajarkansecara langsung. Tidak ada kurikulum yangberhasil yang menguraikan dan secaraabstrak menginstruksikan kaum mudatentang bagaimana menjadi warga negarademokratis yang bertanggung jawab. Literasikewarganegaraan digital kritis Garcia,Mirra, Morrell, Martinez, & Scorza, 2015,seperti halnya kewarganegaraan demokratissecara lebih umum, membutuhkanperpindahan dari belajar tentangkewarganegaraan ke berpartisipasi danterlibat dalam komunitas demokratis tatapmuka, online, dan di semua ruang diantaranya. Ruang kelas dan sekolah, sertakonteks pendidikan lainnya, harus menjadikomunitas yang demokratis. Dalam menelusuri kembali ide-ideseputar mendidik untuk demokrasi, karyaWestheimer dan Kahne 2004 sangatpenting. Mereka menunjukkan spektrumyang luas dari keyakinan dan pemahamanyang mendasari program pendidikan yangditujukan untuk mengembangkan warganegara yang baik. Program dan pedagogiyang berbeda memiliki gagasan yang sangatberbeda, terkadang bertentangan, tentang apaitu kewarganegaraan yang baik dan apa yangdilakukan warga negara yang baik. Westheimer dan Kahne padaakhirnya menawarkan tiga konsep warganegara yang baik yang diwujudkan dalampendidikan warga negara yang bertanggungjawab secara pribadi, warga negara yangpartisipatif, dan warga negara yangberorientasi pada keadilan. Pekerjaan yanglebih baru mis., Krutka & Carpenter, 2017;Mattson & Curran, 2017 telah memperluasdeskripsi konsepsi kewarganegaraan iniuntuk mencerminkan masuknya alat danpraktik digital yang diperlukan, disampingmempertimbangkan tantangan dan peluangbaru bagi guru dalam mendidik demokrasi. Bersama dengan para sarjana ini,kami menolak konsepsi kewarganegaraanhanya sebagai status yang telah ditentukansebelumnya berdasarkan geografi dan/atautanggung jawab pribadi. Sebaliknya,kewarganegaraan harus dilihat dariperspektif sosiokultural yang kompleks daripengembangan identitas moral dankewarganegaraan "yang terus-menerusdinegosiasikan melalui praktik sehari-hari"Nasir & Kirshner, 2003, hlm. 139.Kewarganegaraan harus dilihat dari apa yang kita lihatmerupakan praktik ini adalah literasi digital,atau praktik yang ditempatkan secara sosial"didukung oleh keterampilan, strategi, dan sikap yang memungkinkan representasi danpemahaman ide menggunakan berbagaimodalitas yang dimungkinkan oleh alatdigital" O'Brien & Scharber, 2008, hlm. 66–67. Menjadi warga negara yang melekdigital mencakup kemampuan membaca,menulis, dan berinteraksi di/di layar untukterlibat dengan komunitas online yangberagam, dengan orientasi keadilan kerangka literasi digital yang lebihbesar ini, kami menganjurkan pedagogiliterasi kritis yang memungkinkan siswauntuk berpikir pada tingkat yang lebih dalamtentang tidak hanya bagaimana membaca danmenulis di lingkungan online tetapi jugabagaimana melakukannya sebagai wargadigital yang produktif, bertanggung jawab,dan kritis. . Menjadi warga negara digitalmembutuhkan lebih dari sekadarketerampilan teknis. Hal ini jugamembutuhkan individu untuk menghadapiide-ide kompleks tentang pemberlakuanidentitas dan dialog online sebagai warganegara yang secara kolektif bekerja untukkesetaraan dan perubahan. Seperti yangditunjukkan Mirra 2020 dalam tweet yangsangat meta, pendidikan harus beralih dari“melatih pemuda untuk menerima kehidupansipil yang disfungsional yang dibangun diatas + melanggengkan KETIMPANGAN”dan bergerak menuju pandangankewarganegaraan digital di mana sekolahmendukung “pemuda menggunakanLITERACIES mereka untuk memimpikandan merancang MASA DEPAN SIPILYANG MEMBEBASKAN!”Kewarganegaraan Digital di KelasCOVID-19 telah mengharuskan warga darisegala usia menggunakan praktik literasidigital untuk belajar, tetap terinformasi, danpeduli serta terhubung dengan keluarga,teman, dan komunitas dekat dan ini mengharuskan pendidik untukmempertanyakan bagaimana praktikmembaca dan menulis dibentuk olehkecepatan informasi yang cepat dan untukmengeksplorasi cara terbaik untukmemodelkan dan memeliharakewarganegaraan digital yang kritis. Daftar kecakapan teknis dan aturansederhana untuk terlibat secara onlinedengan aman telah mendominasi kurikulumkewarganegaraan digital. Penjelasan yanglebih partisipatif tentang demokrasi danliterasi meminta para pendidik untukmempertimbangkan bagaimana “warganegara [online] yang baik…[mungkin]bekerja untuk mencapai tujuan bersamabarang dan perkembangan diri merekasendiri dan orang lain…[dengan]berpartisipasi dalam kehidupan sipil danpolitik, mengkritik masalah di dunia, danmemperbaikinya melalui penyelidikan dantindakan yang penuh harapan” Stitzlein,2020, hal. 83. Kami melihat kebutuhan yangmendesak untuk memeliharakewarganegaraan digital di komunitas kelas,baik dalam interaksi tatap muka maupundalam instruksi online. Lebih darisebelumnya, terlibat dalam wacana sipildalam komunitas online adalah masalah yangmendesak. Kami sekarang menawarkanserangkaian undangan kelas yang berakarpada mengundang kaum muda untuk secarakritis terlibat dalam jenis praktik literasidigital yang didahulukan dan diperlukan olehkewarganegaraan sehubungan denganCOVID-19. Dengan setiap ide, kamimemberikan gambaran umum tentang jenispraktik dan masalah yang mungkindipertimbangkan oleh Suara Bagaimana SayaDapat Tetap Terinformasi denganMengevaluasi Akurasi, Perspektif,dan Validitas Sumber Online?Undangan Kelas. Lihatlah peta berjudul “DiMana Amerika Tidak Tinggal di RumahBahkan Saat Virus Menyebar”, yangdiposting di situs web The New York Timespada bulan April Glanz, Carey, Holder,Watkins, Valentino-DeVries, Rojas, &Leatherby , 2020. Bekerja dalam kelompokkecil, diskusikan dan buat catatan sebagaijawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikutApa yang Anda perhatikan? Apa artinya ini?Apa yang Anda heran? Sekarang lihat petakedua yang berjudul “Tidak Ada Mobil danTidak Ada Supermarket Dalam Satu Mil”.Apa yang Anda perhatikan? Apa artinya ini?Bagaimana peta ini membantu Anda melihat/memahami peta pertama secara berbeda?Apa pertanyaan baru yang Anda milikisekarang? Peta apa lagi yang dapat Andapasangkan dengan peta pertama untukmenyoroti perspektif yang berbeda ataumenghasilkan percakapan online yangberbeda?Gambaran. Ketika COVID-19 mulaimenyebar ke seluruh dunia pada awal tahun2020, Direktur Jenderal OrganisasiKesehatan Dunia Dr. Tedros Ghebreyesus2020 menyatakan, “Kami tidak hanyamemerangi epidemi; kita sedang melawaninfodemi”. COVID-19 telah menyorotiimplikasi hidup dan mati warga yang dapatmengevaluasi validitas sumber informasidigital, termasuk grafik, bagan, tabel, danvideo. Dengan para pemimpin pemerintahfederal, negara bagian, dan lokalmenawarkan saran yang bervariasi danseringkali bertentangan, warga harusmengumpulkan sumber/teks online untukmenginformasikan jawaban mereka ataspertanyaan kritis seperti ini Haruskah sayaberhenti bepergian? Haruskah saya memakaitopeng? Apakah jarak sosial/fisik berhasil?Kapan aman untuk kembali bekerja? Temuanpenelitian yang dilakukan selama awal krisis COVID-19 di Amerika Serikat menunjukkanbahwa di mana dan bagaimana wargamendapatkan berita memiliki hubungandengan hasil kesehatan akibat virusBursztyn, Rao, Roth, & Yanagizawa-Drott,2020.Pemikiran Akhir Krisis COVID-19 memberikan kesempatanuntuk berpikir secara mendalam tentang apaartinya menjadi “warga [digital] yang baik…[sekarang dengan] berpartisipasi dalamkehidupan sipil dan politik, mengkritikmasalah di dunia, dan memperbaikinyamelalui penyelidikan dan tindakan yangpenuh harapan” Stitzlein, 2020, hlm. 83.Penting untuk bersiap menghadapi kenyataanbahwa kita pasti akan menghadapi krisistambahan dalam waktu dekat. Paralel yangjelas adalah krisis perubahan iklim wargamengakses dis informasi, kebutuhan untukpengorbanan dan tindakan kolektif untukkebaikan masyarakat di luar kota atau negarabagian sendiri, dan kenyataan bahwaperubahan iklim akan “mengambil [e]korban terbesar pada orang miskin danrentan, dan dampak ini sebagian besardisebabkan oleh ketidaksetaraan” PBB,2016, paragraf 1 yang secara tragis bertahanlama namun dapat akhirnya, pekerjaan kita dalamliterasi harus ditujukan untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan yang akan berlanjutke masa depan yang tidak mungkindiramalkan. Penting bahwa ketika “memilihantara alternatif, kita harus bertanya pada dirisendiri tidak hanya bagaimana mengatasiancaman langsung, tetapi juga dunia sepertiapa yang akan kita huni setelah badaiberlalu” Harari, 2020, paragraf 1. Negara-negara di seluruh dunia menghadapi pilihanberbahaya seputar pengawasan digital,isolasi nasional/solidaritas global,pemahaman publik tentang sains, dan peranmedia. Isu-isu ini terikat bersama denganalat, ruang, dan praktik digital. Warga negara—bukan hanya pemerintah—memiliki peranpenting dalam dunia seperti apa dan sekolahseperti apa yang kita huni sekarang danpascapandemi. Pendidik harus siapmemainkan peran sentral dalam membantumembina warga digital yang dapat terlibatsecara etis untuk kembali menciptakandunia yang lebih M., Toor, S., Rainie, L., & Smith,A. 2018. Activism in the social media age. Washington, DC PewResearch CenterCoiro, J. 2020. Toward a multifacetedheuristic of digital reading to informassessment, research, practice, andpolicy. Reading ResearchQuarterly. Advance onlinepublication. Advance online publicationHughes, H., & Jones, S. 2020, April 1. Thisis not home schooling, distancelearning or online schooling International Society for Technology inEducation. 2020. Krutka, & Carpenter, 2017.Digital citizenship in the Leadership, 753, 50– K., & Curran, M. 2017. Digitalcitizenship education Movingbeyond personal responsibility. De Abreu, P. Mihailidis, A. Lee,J. Melki, & J. McDougall Eds., International handbook of media literacyeducation pp. 144–155. Westheimer, J., & Kahne, J. 2004. Whatkind of citizen? The politics ofeducating for democracy. AmericanEducational Research Journal,412, 237–269. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
7MPQ.
  • xigo1021w6.pages.dev/873
  • xigo1021w6.pages.dev/633
  • xigo1021w6.pages.dev/650
  • xigo1021w6.pages.dev/213
  • xigo1021w6.pages.dev/806
  • xigo1021w6.pages.dev/204
  • xigo1021w6.pages.dev/752
  • xigo1021w6.pages.dev/239
  • xigo1021w6.pages.dev/661
  • xigo1021w6.pages.dev/520
  • xigo1021w6.pages.dev/852
  • xigo1021w6.pages.dev/325
  • xigo1021w6.pages.dev/147
  • xigo1021w6.pages.dev/993
  • xigo1021w6.pages.dev/741
  • tuliskan tentang kewargaan digital di negara maju